Kesal dengan  apa yang dihadapinya, Elline berlari ke kamar dan menangis sejadi jadinya. Elline sudah berusaha menahan kesabarannya. Tapi entah mengapa setiap hari ada saja ulah dari suaminya yang membuatnya kesal. Elline menyadari semuanya tak sepenuhnya salah suaminya, tapi mungkin karena memang hatinya sudah sebegitu sensitifnya, sehingga apabila  sedikit saja ada yang tak sesuai dengan keinginannya maka Elline akan sangat kesal persis seperti saat ini.

Tak sanggup lagi menahan tumpahan air matanya, Elline terisak pelan setelah hampir setengah jam menangis tak berhenti. Ketukan pelan di pintu kamar tak dipedulikannya. Elline menghapus sisa air mata yang ada dan akhirnya bergerak pelan ke arah lemari di samping tempat tidur. Disaat-saat seperti tak pernah ada yang lebih menenangkan fikirannya selain menatap foto di tangannya. Tampak wajah yang semakin menua, tapi senyumnya tampak masih sama, senyum bijaksana yang selalu menenangkan jiwa. Tersirat dari  senyum itu bahwa hidup memang tak pernah mudah tapi cara kita menghadapinya adalah kunci dari semuanya. Goresan dan kerutan di wajahnya menampakkan tekad sekeras baja yang senantiasa melekat kuat pada sosoknya. Ah betapa ia sangat merindukan sosok itu.

Makin hari persoalan hidup semakin rumit. Hidup  jauh dari keluarga besar membuat Elline harus menahan kepedihannya sendiri jika ada sedikit selisih faham dengan suaminya. Dikaruniai 2 orang putra putri yang masih kecil tanpa asisten rumah tangga semakin memperparah keadaan,  ada saja hal kecil yang membuatnya kesal.

Jika kesabaran ada batasnya, maka hanya cinta kasih yang tak pernah habis dan tak berkesudahan. Maka setiap kali kesal melanda hatinya, Elline berusaha untuk memaafkan setiap kejadian kecil termasuk memaafkan  dirinya  sendiri. Elline sadar langkah hidupnya akan semakin tersendat bila beban kecil itu dibiarkan menumpuk didalam hatinya. Ada kalanya Elline tersungkur tak berdaya menghadapi kelemahannya sendiri,  tapi tangan kuat suaminya tak berhenti memompa semangatnya agar tetap tegar dan tersenyum menghadapi hari hari mendatang. 

Terima kasih untuk kesabaran suamiku yang tak pernah letih memberikan support terbaik disetiap kesalku dan tawa-tawa canda dari dua malaikat kecilnya laksana pendaran cahaya yang tetap berkelip menerangi malam-malam gelapku. Terima kasih Tuhan untuk semua anugerah indah ini.

Menyadarkan ku selalu untuk senantiasa mensyukuri nikmat nikmat kecil yang terserak indah dan berkilau bagaikan permata. Akhirnya hidup bukan lagi perjalanan rumit yang melelahkan melainkan  sebuah petualangan indah untuk memetik hikmah dari setiap kejadian kecil yang pernah singgah dalam hidup kita.

Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan sang pemilik untuk hidup dan belajar didunia yang serba fana  ini. Terima kasih untuk kedua orang tuaku yang telah membesarkanku sehingga aku bisa mandiri seperti sekarang.

Surabaya, 4 oktober 2011

1 komentar:

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

www.penulistangguh.com. Diberdayakan oleh Blogger.