Sesungguhnya Mami  Papi adalah guru terhebat selkaligus pengobar semangat  yang takkan pernah padam bagi aku dan adik adikku... bagi kami ANAK ANAKMU.

Terima kasih ya Allah untuk jiwa jiwa baik hati, jiwa jiwa pahlawan yang punya tekad setegar karang, jiwa jiwa yang tak mengenal lelah  untuk membimbing dan mendidik anak anaknya.... yang kau sematkan pada MAMI PAPI kami.
  
Jadi ingat dulu pas kuliah, kost–kost-an yang menyenangkan. Bisa kelayapan kapanpun karena nggak ada ortu atau saudara yang tahu haha, tapi itu juga kalo bisa ngibulin ibu kostku yang galak abis. Aku memang anak rantau, hampir  21 tahun dari usiaku kuhabiskan di tanah rantau, sampai akhirnya aku terjebak  dan tertawan di kota Surabaya. Tapi jauh sebelum aku menjejakkan kaki di Surabaya atau Yogyakarta, aku pernah tinggal di sebuah kota kecil bernama LAHAT.

Kalo mau ditelusuri, aku meerasa udah ngekost sejak kelas 1 SMP, maklum karena hidup di desa nan jauh terpencil di kaki gunung di pelosok Sumatera, sekolah waktu itu jadi hal yang mahal. Tapi bersyukur aku punya Mami Papi yang berfikiran sangat maju. Meskipun mereka hanyalah guru SD  yang tinggal dipelosok, tapi mereka bertekad ke 5 anak anaknya harus maju. Dan maju itu artinya sekolah yang setinggi tingginya dan keluar dari desaku yang memang harus kuakui tidak terlalu bersahabat dengan pendidikan bagus.

Lepas SD, aku hijrah ke kota kabupaten Lahat yang jaraknya lumayan jauh untuk ukuran anak sekecil aku, sekitar 4 jam perjalanan yang menakutkan, mengerikan dan selalu menghantui malam malamku menjadi sebuah  mimpi buruk. Betapa tidak kontur jalan yang berliku tajam , dengan kelokan yang mengerikan, jurang di kiri kanan, hutan belantara yang sangat lebat... plus supir yang mengemudi sedikit diluar aturan.

Di Lahat, aku tinggal di rumah perumnas bersama tanteku yang ku panggil Cik Nis, aku belajar memasak sendiri, mencuci baju sendiri, nyetrika sendiri, aku belajar mandiri. Aku juga mulai menyadari perbedaanku dengan teman yang lain. Meskipun mampu, Mami tidak menyediakan fasilitas televisi di rumah, jadinya aku menjadi  tamu tetap tetanggaku yang kugilir secara teratur agar mereka tidak bosan menerima aku  yang ‘ numpang nonton TV’. 

Aku paling tak punya dibanding temanku. Bahkan untuk sekedar les tambahan pelajaran saja aku malu karena bajuku hanya itu itu saja. Satu satunya fasilitas paling mewah yang pernah kudapat waktu itu adalah “ meja ligna “ sebutanku untuk sebuah meja belajar bagus dilengkapi laci, lemari berkunci, dan tentunya tempat buku.

Acara favoritku ‘Friday the 13th’, hampir setiap malam jumat aku menantikannya, paling seru kalo pas hujan turun, atau tetanggaku pergi atau malah mati lampu. Aku akan menunggu tak sabar didepan rumah sambil membayangkan episode episode yang udah lewat dengan tak sabar didepan rumah. Akhirnya setelah dipanggil masuk, baru deh dengan langkah berat aku menuju kamar dan  mencoba tidur, sambil tetap komat kamit di mulut, berdoa semoga hujan reda, lamu cepat menyala  atau tetanggaku cepat pulang ...

Di Lahat, aku punya beberapa teman yang cukup akrab, tapi karena aku bukanlah seorang yang hebat ingatannya,  lebih banyak yang lupa namanya dibanding yang kuingat. Di Perumnas, aku punya teman sekaligus tetangga yang selalu kudatangi kalau aku pengen lihat Film kesukaanku, namanya Riski, panggilannya Kiki. Kami bersekolah di SMP yang sama, berangkat dengan taksi ( sebutan untuk angkutan di Lahat ) yang sama dan pulang juga selalu bersama walaupun beda kelas. Yang kuingat, Kiki anak pertama, punya 2 adik, tidak terlalu banyak bicara, cenderung pendiam, dan jarang sekali keluar rumah. Rumah Kiki tepat didepan rumahku, rumah yang besar dan mewah dibanding rumahku. Kiki punya banyak barang barang mewah untuk anak seusiaku, alat tulisnya bagus, tasnya bagus, sepatunya bagus, bajunya juga bagus. Tapi aku ingat aku tidak terlalu iri melihat barang barang Kiki, mungkin karena Kiki baik denganku, entahlah.

Di Lahat , aku bersekolah di SMP Santo Yoseph, sebuah sekolah yang selalu kusebut keren karena seragamnya. Seragam merah kotak kotak yang menyala dnegan bentuk rok lipit yang bagus banget selalu membuatku bangga. Aku punya banyak teman di SMP, beberapa yang paling kuingat Venny, Melly, Iis, Jimmy, Yeti, Erika, dan lainnya. Sekali lagi , aku cukup parah dalam mengingat nama,  tapi aku masih sangat ingat wajah wajahnya. Layaknya di sekolah sedikit  swasta, selalu ada Kelompok orang Pinter, Kelompok Cewek Cantik dan Populer, Kelompok Anak tajir dan Kaya Raya, Kelompok anak Guru , Kelompok anak Pejabat,  dan seperti bisa ditebak , aku tidak masuk dalam kelompok manapun hahahaha...

Tapi aku bukan orang yang terlalu peduli dengan hal  hal itu, minimal waktu itu. Yang kuingat adalah meskipun sekolah katholik, dan aku seorang muslim, aku diperlakukan sama baiknya dengan yang lain oleh para guru, dan susternya. Aku belajar banyak hal, dari mulai kaligrafi, melukis, menari dan kegiatan kegiatan menarik lain. Aku pernah berkemah di halaman sekolah bersama teman sekolahku, Aku pernah ikut mengenal yang namanya Retret, aku boleh pinjam buku buku bacaan yang keren abis di perpus sekolahku, aku bahkan diajari nyanyi lagu “ twinkle Twinkle “ yang akhirnya menjadi lagu favorit aku dan anakku. Aku belajar banyak hal di sekolahku, aku belajar mengenal dunia yang jauh lebih menyenangkan  disini... aku membuka cakrawala baru di SMPku.

Masa kecilku, masa SMPku yang kurang lebih 3 tahun berjalan dengan sangat baik dan meninggalkan berjuta kenangan bagiku. Walaupun semangat belajarku belum tumbuh dengan baik, tapi aku menilai  masa ini adalah  awal baru dalam hidupku. Begitu banyak hal baru yang kudapat  waktu itu, dari  nonton bioskop  yang sebelumnya kebayangpun enggak, naik taksi pulang pergi sekolah, les tambahan, jalan jalan  sepulang sekolah, ... ah jadi kangeeen.

Untuk masalah pelajaran, aku tidak seperti anak kebanyakan yang belajar tiap malam,aku bahkan hampir tidak pernah belajar karena tidaka ada mami papi yang biasanya selalu setia mengajariku mengerjakan PR atau sekedar mengulang pelajaran yang didapat. Bahkan hampir tiap malam aku begadang , keluyuran ke tempat tetangga untuk numpang lihat TV. Tidak ada yang mengawasiku. Mungkin itulah penyebabnya , atau aku belum seratus persen bertanggung jawab terhadap tugas utamaku yaitu belajar.

Tapi walaupun aku selalu rangking 15- 17 diantara 40 siswa sekelas, ada 1 pelajaran yang aku sangat menonjol. Aku sangat suka bahasa Inggris, gurunya biasa kami panggil Ibu ATIK, wah aku sangat suka cara mengajar bu Atik, karena dia selalu memberi kami 10 kosa kata setiap pertemuan untuk diingat  di pelajaran berikutnya. Pokoknya top deh, bahkan aku sampai ambil les tambahan demi kesukaanku belajar bahasa inggris, dan hasilnya tidak mengecewakan. Di ujian akhir,  nilai NEMku untuk bahasa inggris adalah nilai sempurna atau 10. Pelajaran lain yang kusuka adalah matematika, yang ngajar ibu Yustina, sukaaaaa banget. Dari Bu Atik dan Bu Yustina aku belajar bahwa jadi guru yang baik adalah dengan  mengajar seikhlas mungkin, seceria mungkin dengan metode metode yang menyenangkan, jadi muridnya suka. Dulu pas ada pertanyaan guru favorit, Bu Atik dan Bu Yustina selalu dipilih oleh kami semua.

Terima kasih Mami, terima kasih Papi, karena berkat keikhlasan  kalian menjadikan kami anak anak hebat yang berpendidikan tinggi untuk bekal sukses  kami,
aku`bisa belajar banyak hal,
aku bisa mengenal hal hal baru yang sungguh menyenangkan,
aku bisa menanam berjuta kenangan yang akan selalu indah untuk diingat,
aku bisa merajut liar imajinasiku tanpa batas ..
aku bisa seperti sekarang.


1 komentar:

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

www.penulistangguh.com. Diberdayakan oleh Blogger.