Boyen sedang mendengarkan lembut suara Mamak yang bercerita tentang Legenda Boneka Sigale-gale.

"Dulu sekali, boneka Sigale-gale dapat bergerak sendiri layaknya manusia karena ada roh yang merasuki boneka kayu tsb. Tapi iyu dulu nak, sekarang bonekanya hanya dapat bergerak dengan bantuan tali tali yang dipegang sang dalang."

"Tapi Mak, apa Boneka Sigale-gale tidak capek harus menari 7 hari 7 malam?" desah Boyen dengan mata setengah tertutup.

"Roh yang masuk hanyalah roh tak berdaya yang terperangkap di sana krn keegoisan manusia nak."
Lirih suara Mamak hanya sayup terdengar di telinga Boyen kecil.

Lama setelah tertidur, Boyen bermimpi, Mamaknya menangis di atas tempat tidurnya.
Perlahan angin bertiup kencang, menghempas bilah kayu jendela di kamarnya.
Hujan turun lebat bagai ditumpahkan tergesa oleh manusia langit.
Boyen masih mampu melihat jelas di mimpinya, bagaimana sosok Mamaknya memudar dan kemudian menghilang bagai cahaya yang meredup perlahan.

"Mamak!!!"
Boyen tergesa keluar dari selimut tebal yang menghangatkannya semalam.

"Apa yang Mamak ceritakan semalam tidak sungguh sungguh terjadi kan Mak?, mana mungkin ada roh terperangkap di dalam boneka kayu."
Tanya Boyen tak sabar.

Mamak terdiam. Dibelainya lembut rambut, telinga, wajah dan mata Boyen.
Didekapnya sekuat tenaga ke dada sambil terisak lirih.

"Maafkan Mamak, Boyen, karena menunda kepergianmu. Tak seharusnya Mamak terus menginginkan kau tinggal disini.
Pergilah nak, pergilah temui roh Sigale-gale, kalian sama sama lelaki, mungkin kalian bisa berteman."

Dengan mantap di lemparkannya boneka kayu sebesar telapak tangan di meja makan ke tungku pembakaran tempatnya biasa menanak nasi.

Ada suara memilukan memanggil Mamak Mamak Mamak.
Ada suara terbakar dan rintihan lirih.
Ada jiwa  kecil yang tak rela pergi.

...
.#DiikutkanGiveawayYuniZai
Alhamdulillah menang hihi

Nyoba bikin cerpen mini.


0 comments:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

www.penulistangguh.com. Diberdayakan oleh Blogger.